Sunday 8 January 2012

Balasan Kezhaliman

Dan
janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari
apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah
memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata
(mereka) terbelalak, (QS,Ibrahim 42)

makna zalim adalah wadh'u asy-sya'i fi ghairi maudhi'ihi,menempatkan
sesuatu tidak pada tempatnya.Karena itulah,zalim yang paling zalim
adalah mensekutukan Allah Ta'ala.

"sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar." (QS.Ibrahim 13)
orang musyrik telah berlaku tidak pantas terhadap Allah.Mereka
mensejajarkan Allah dengan makhluk atau bahkan benda mati yang tidak
bisa mendatangkan maslahat,tidak pula mampu menolak madharat,Maha Suci
Allah dari apa yang mereka sifatkan.

Seseorang yang bermaksiat juga disebut zalim terhadap diri
sendiri.Karena tatkala ia bermaksiat ,berarti ia mencelakakan dirinya
sendiri.Padahal,sudah semestinya seseorang mencintai dirinya sendiri dan
membawa nya menuju keselamatan.Karena itulah,diantara bentuk taubat
adalah membaca doa
"Wahai Rabb Kami,Kami telah menganiaya diri kamisendiri,dan jika engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf 23)

Zhalim Terhadap Orang Lain
Seseorang juga dikatakan zhalim apabila memperlakukan orang lain tidak sebagaimana mestinya.Baik berupa menyakiti secara fisik maupun psikis tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat.
Allah memberikan ancaman bagi orang yang menzhalimi orang lain.
“dan janganlah sekali-kali kamu mengira,bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS Ibrahim 42)
Tentang ayat ini,Imam ath-Thabari berkata,”ayat ini adalah ancaman bagi orang yang zhalim sekaligus penghibur bagi orang yang terzhalimi.”
Alangkah bijak jika kita terlebih dahulu bercermin,adakah kezhaliman yang kita timpakan atas saudara kita sesama muslim.Belum tentu kita telah bebas dari ancaman itu.Bisa jadi kita telah melupakan ribuan kezhaliman yang telah kita lakukan dimasa lalu.Tetapi Allah tidak pernah lupa.
Bisa jadi kita telah berhutang lalu mengurungkan niat untuk membayarnya,karena menyangka bahwa orang yang berhak telah melupakannya.dan memang boleh jadi pemilik piutang telah lupa,tapi Allah tidak melupakannya.
Bisa jadi kita telah menipu takaran dan timbangan,baik saat membeli atau menjual.Meskipun yang ditipu tidak menuntut didunia,atau bahkan tidak menyadarinya,namun Allah mengetahuinya.Begitupun dengan cacian,celaan,atau kata-kata yang menyakitkan tertuju pada saudaranya muslim.Dan masih banyak lagi berbagai bentuk kezhaliman yang mungkin pernah kita lakukan,atau bisa jadi hingga sekarang sebagian kezhaliman itu masih berlangsung.
Balasan yang tidak disegerakan didunia,bukan berarti Allah tidak menghitungnya.tidak pula berarti hapus begitu saja.Imam Ahmad bin Hambal juga mengingatkan,”Ketahuilah bahwa kebaikan tidak akan sia-sia,dan dosa tidak dilupakan begitu saja.”
Bisa jadi seseorang telah merasa aman dari akibatnya,namun tiba-tiba balasan datang seketika,sehingga mata terbelalak karenanya,pikiran linglung dibuatnya,dan hatipun hampa karena tidak ada persiapan untukmenghadapinya.Didalam Shahihain,disebutkan bahwa Rasulallah bersabda, ”Sesungguhnya Allah menangguhkan balasan bagi orang yang zhalim ,hingga ketika Ia membalasnya,Allah tidak akan melepaskannya.”
“dan begitulah Azab Rabbmu,apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.Sesungguhnya azabNya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS Hud 102)

Taubat dari Kezhaliman
Sungguh menghadap dalam kondisi dizhalimi lalu bersabar sehingga mendapatkan pahala,itu lebih baik daripada datang dalam keadaan berlaku zhalim.Yang karenanya,kebaikan kita bisa jadi akan ludes untuk melunasi kezhaliman yang kita lakukan,na’uzhu billah.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah,bahwa Rasulallh bersabda,
“Tahukah kalian,siapakah orang yang bangkrut itu?”Para sahabat menjawab,”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki dirham,tidak juga memiliki harta.”Lalu Nabi bersabda , “Orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat,shaum dan zakat.Akan tetapi dia juga pernah mencela sifulan,menuduh sifulan,memakan harta sifulan,menumpahkan darah sifulan dan memukul sifulan.Maka kebaikan yang ini untuk fulan yang ini,kebaikan yang lain untuk fulan yang lain,hingga ketika kebaikannya telah ludes sementara kezhaliman belum terlunasi,maka keburukan orang yang dizhalimi akan diambil,lalu ditimpakan kepadanya dan iapun dimasukkan keneraka.” (HR Muslim)
Inilah sebenar-benar orang yang bangkrut.Seluruh modal kebaikannya habis untuk melunasi hutang kezhalimannya,bahkan keburukan orang lain ditimpakan kepadanya hingga menyebabkan ia masuk neraka.Sempurnalah penderitaan dan kerugiannya,Nas’alullhal afiyah.
Tak ada jalan lain,selain bertaubat dari segala bentuk kezhaliman,mengakuinya,berhenti melakukannya,menyesal,bertekad untuk tidak mengulanginya,dan segera menyelesaikan urusan yang berhubungan dengan manusia.Melunasi hutang atau beniat untuk melunasinya jika belum mampu.Mengembalikan hak-hak orang lain yang telah diambilnya selagi mampu dan mungkin,juga memperbaiki nama baik orang yang telah dicemarkannya tanpa alasan yang benar.
Adapun taubat dari ghibah atau menggunjing,adalah kita sebut kebaikan orang yang pernah kita sebut keburukannya dihadapan orang yang sama.Jika tidak mampu,hendaklah ia berusaha semampunya. Pendapat yang rajih menurut syaikhul islam Ibnu Taimiyah,tidak ada tuntutan untuk minta maaf kepada orang yang telah digunjing,kecuali jika berita itu sampai kepadanya.Baliau mengatakan, “la tu’dzi akhaaka marrataini” jangan kamu sakiti saudaramu dua kali.”
Meminta maaf berarti memberitahukan bahwa anda telah menggunjingnya.Dan ini berarti menyakitinya untuk kali kedua.Pertama menggunjingnya,kedua pemberitahuan itu sangat mungkin akan menyakiti hatinya.Terkecuali jika informasi itu sudah sampai kepadanya,maka tidak mengapa kita mengkuinya,lalu meminta maaf kepadanya. Wallau a’lam (Abudzar)

No comments:

Post a Comment