Monday 2 January 2012

bingkai taqwa

Sesungguhnya prinsip dasar dari terhubungnya hati hamba dengan selain Allah adalah membahayakan.Apalagi jika sampai kepada ketergantungan.Tapi kita makhluk sosialyang tidak bisa hidup sendirian,mencukupi semuanya tanpa bantuan orang lain,meskipun kita memiliki Rabb Yang Maha Mencukupi.Kecuali Dia berkehendak lain.Dan karenanya,mau tidak mau kita akan terhubung juga dengan selain Allah.

Bingkainya bernama Ketakwaan.Hingga hubungan hamba dengan selain Allah pun harus beredar di orbit ini.Sebuah standar abadi yang tak lekang waktu tentang kemuliaan dan nilai sebuah pencapaian yang hakiki.Bukan hubungan atas nama kepentingan sesaat,yang menjerat dan menyesat dijalan gelap.Yang lahir dari kebodohan dan alasan palsu,tanp pijiakan akal sehat,selain hawa nafsu yang dipertuhankan.Juga sintesa pikiran para penghamba benda dan dunia,yang tidak mampu menjangkau rahasia dibalik materi.

Hubungan itu jika ingin menyelamatkan,harus berdiri diatas 2 syarat utamanya;sesuai kebutuhan dan sarana bantu untuk mentaati Allah.Yang jika keduanya tidak terpenuhi,pintu bahaya sudah terbuka didepan mata,meski kebanyakan kita tidak menyadarinya.

Disanalah syariat berdiri.Dengan rambu-rambu seterang siang,memagar batas halal dan haram,yang boleh dan yang terlarang.Lengakp dengan dosis ideal dan aturan main yang menjelaskan kadar cukup atas eksplorasi kenikmatan halal yang tidak melalaikan makna perjalanan pulang ke haribaanNya.Panduan serasi antara menikmati dunia dan menyiapkan bekal akhirat.

Maka,terhubung dengan selain Allah berpotensi memudarkan standar kebaikan,merusakan iradah akan ketakwaan,membelokan arah perjalanan sertamembingungkanpemahaman arti kehidupan.Padahal,seharusnya ia adalah alat bantu meluaskan area kebaikan .Bukan malah sebaliknya;melalaikan dan membuat sibuk.

Dari sini,perubahan fase demi fase dalam khidupan seorang hamba,haruslah pararel dengn takwa .Setiap pilihan perubahan fase itu,apapun risiko yang nanti mengiringinya,hendaknya memastikan substansi takwa yang terjamin penjagaan dan pertumbuhannya.Sebuah keniscayaan atas pilihan sadar dan bertanggung jawab,yang jauh dari alpa dan ikut-ikut arus.

Jika tidak,maka pencapaian materi akan mensubstitusi nilai.Menjanjikan gebyar pesona syahwat yang memang mudah di cecap.Meliarkan keinginan yang memang tidak akan pernah terpuaskan ,juga kenikmatan bertubi-tubi menelusuri seluruh pori-pori.Hingga menumpulkan akal dan nurani.Akhirnya ,dalam lemah tak terperi,dan sesal mengiringi,manusia menghiba.Tapi,waktu tak mungkin lagi kembali.Ia pergi membawa pengikutnya yang merugi.

Akankah kita merelakan diri berjalan diluar bingkai takwa,hanya karena ingin mencecap dunia yang tidak membantu kita dalam taat kepadaNya? Padahal itupun hanya sebentar saja.
(Trias-Arrisalah)

No comments:

Post a Comment